cinta mungkin tak akan bisa diungkapkan dngan kata kata
cinta itu bisa bikin orang bahagia tapi jga bikin orang putus asa
entahlah aku jg kurang tau penyebabnya hnya orang yg merasakanya lah yg bisa bicara
hehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehe
silakan posting disini jika punya pengalaman tentang cinta
terutama kowe SUSHILOSASHIMIE awas ra posting
wwkwkwkwkwk
pengen belajar semua hal tentang kehidupan
dunia ini penuh angkara janganlah kita tambah lagi saling bertatap muka dan berjabat tangan karena kita ini anak manusia aku datang bawa senandung hapuskan benci dari dunia
selamat datang di blogg idx semoga anda menyukai tautan ini
Kamis, 03 Februari 2011
kata mutiara
saling bertatap berjabat tangan karena kita anak manusia
jngan saling menjatuhkan dan jngan saling menuding kesalahan
berkcalah pada diri sendiri apakah kita sudah benar
berilah senandung berilah cinta seperti teman
bukan kepalan karena aku bukanlah lawan
dunia ini penuh dengan warna bagai pelangi
walaupun beda tapi terlihat indah bukan
jadikanlah perbedaan itu menjadi suatu keindahan
bukan ajang pertarungan atau pertengkaran
memang tak semudah ku bicara
tapi klu ada niat pastilah bisa
by: idx
konflik indon malesya
Konfrontasi Indonesia-Malaysia
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konfrontasi Indonesia-Malaysia | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
|
|||||||||
Pihak yang terlibat | |||||||||
Malaysia Britania Raya Selandia Baru Australia |
Indonesia | ||||||||
Komandan | |||||||||
Tunku Abdul Rahman Walter Walker |
Soekarno Omar Dani (Panglima Komando Mandala Siaga) Soeharto Abdul Haris Nasution |
||||||||
Kekuatan | |||||||||
tidak diketahui | tidak diketahui | ||||||||
Jumlah korban | |||||||||
114 korban jiwa 181 cedera |
590 korban jiwa 222 cedera |
|
Artikel ini bagian dari seri Sejarah Indonesia |
---|
Lihat pula: Sejarah Nusantara |
Prasejarah |
Kerajaan Hindu-Buddha |
Tarumanagara (358–669) |
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-11) |
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) |
Kerajaan Sunda (669–1579) |
Kerajaan Medang (752–1045) |
Kediri (1045–1221) |
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14) |
Singhasari (1222–1292) |
Majapahit (1293–1500) |
Kerajaan Islam |
Kesultanan Ternate (1257–sekarang) |
Kesultanan Malaka (1400–1511) |
Kesultanan Demak (1475–1548) |
Kesultanan Aceh (1496–1903) |
Kesultanan Banten (1526–1813) |
Kesultanan Mataram (1500-an—1700-an) |
Kolonialisme bangsa Eropa |
Portugis (1512–1850) |
VOC (1602-1800) |
Belanda (1800–1942) |
Kemunculan Indonesia |
Kebangkitan Nasional (1899-1942) |
Pendudukan Jepang (1942–1945) |
Revolusi nasional (1945–1950) |
Indonesia Merdeka |
Orde Lama (1950–1959) |
Demokrasi Terpimpin (1959–1965) |
Orde Baru (1966–1998) |
Era Reformasi (1998–sekarang) |
Perang ini berawal dari keinginan Federasi Malaya lebih dikenali sebagai Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang tidak sesuai dengan perjanjian Manila Accord oleh karena itu Keinginan tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia yang sekarang dikenal sebagai Malaysia sebagai "boneka Inggris" merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.[1][2][3]
Pelanggaran perjanjian internasional konsep THE MACAPAGAL PLAN antara lain melalui perjanjian Manila Accord tanggal 31 Juli 1963, Manila Declaration tanggal 3 Agustus 1963, Joint Statement tanggal 5 Agustus 1963[4] mengenai dekolonialisasi yang harus mengikut sertakan rakyat Sarawak dan Sabah yang status kedua wilayah tersebut sampai sekarang masih tercatat pada daftar Dewan Keamanan PBB.[5] sebagai wilayah Non-Self-Governing Territories
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Latar belakang
Pada 1961, Kalimantan dibagi menjadi empat administrasi. Kalimantan, sebuah provinsi di Indonesia, terletak di selatan Kalimantan. Di utara adalah Kerajaan Brunei dan dua koloni Inggris; Sarawak dan Borneo Utara, kemudian dinamakan Sabah. Sebagai bagian dari penarikannya dari koloninya di Asia Tenggara, Inggris mencoba menggabungkan koloninya di Kalimantan dengan Semenanjung Malaya, Federasi Malaya dengan membentuk Federasi Malaysia.Rencana ini ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Soekarno berpendapat bahwa Malaysia hanya sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan Sulu.
Di Brunei, Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU) memberontak pada 8 Desember 1962. Mereka mencoba menangkap Sultan Brunei, ladang minyak dan sandera orang Eropa. Sultan lolos dan meminta pertolongan Inggris. Dia menerima pasukan Inggris dan Gurkha dari Singapura. Pada 16 Desember, Komando Timur Jauh Inggris (British Far Eastern Command) mengklaim bahwa seluruh pusat pemberontakan utama telah diatasi, dan pada 17 April 1963, pemimpin pemberontakan ditangkap dan pemberontakan berakhir.
Filipina dan Indonesia resminya setuju untuk menerima pembentukan Federasi Malaysia apabila mayoritas di daerah yang hendak dilakukan dekolonial memilihnya dalam sebuah referendum yang diorganisasi oleh PBB. Tetapi, pada 16 September, sebelum hasil dari pemilihan dilaporkan. Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian Manila Accord yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris.
“ | Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda[6], amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak. | ” |
Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia[8] dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato beliau yang amat bersejarah, berikut ini:
“ |
Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar! Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu! Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya. Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat. Yoo...ayoo... kita... Ganjang... Ganjang... Malaysia Ganjang... Malaysia Bulatkan tekad Semangat kita badja Peluru kita banjak Njawa kita banjak Bila perlu satoe-satoe! Soekarno. |
” |
[sunting] Perang
Pada 20 Januari 1963, Menteri Luar Negeri Indonesia Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Pada 12 April, sukarelawan Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase. Tanggal 3 Mei 1963 di sebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Sukarno mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora) yang isinya:- Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia
- Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia
Meskipun Filipina tidak turut serta dalam perang, mereka memutuskan hubungan diplomatik dengan Malaysia.
Federasi Malaysia resmi dibentuk pada 16 September 1963. Brunei menolak bergabung dan Singapura keluar di kemudian hari.
Ketegangan berkembang di kedua belah pihak Selat Malaka. Dua hari kemudian para kerusuhan membakar kedutaan Britania di Jakarta. Beberapa ratus perusuh merebut kedutaan Singapura di Jakarta dan juga rumah diplomat Singapura. Di Malaysia, agen Indonesia ditangkap dan massa menyerang kedutaan Indonesia di Kuala Lumpur.
Di sepanjang perbatasan di Kalimantan, terjadi peperangan perbatasan; pasukan Indonesia dan pasukan tak resminya mencoba menduduki Sarawak dan Sabah, dengan tanpa hasil.
Pada 1964 pasukan Indonesia mulai menyerang wilayah di Semenanjung Malaya. Di bulan Mei dibentuk Komando Siaga yang bertugas untuk mengkoordinir kegiatan perang terhadap Malaysia (Operasi Dwikora). Komando ini kemudian berubah menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Kolaga dipimpin oleh Laksdya Udara Omar Dani sebagai Pangkolaga. Kolaga sendiri terdiri dari tiga Komando, yaitu Komando Tempur Satu (Kopurtu) berkedudukan di Sumatera yang terdiri dari 12 Batalyon TNI-AD, termasuk tiga Batalyon Para dan satu batalyon KKO. Komando ini sasaran operasinya Semenanjung Malaya dan dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris sebaga Pangkopur-I. Komando Tempur Dua (Kopurda) berkedudukan di Bengkayang, Kalimantan Barat dan terdiri dari 13 Batalyon yang berasal dari unsur KKO, AURI, dan RPKAD. Komando ini dipimpin Brigjen Soepardjo sebagai Pangkopur-II. Komando ketiga adalah Komando Armada Siaga yang terdiri dari unsur TNI-AL dan juga KKO. Komando ini dilengkapi dengan Brigade Pendarat dan beroperasi di perbatasan Riau dan Kalimantan Timur.
Di bulan Agustus, enam belas agen bersenjata Indonesia ditangkap di Johor. Aktivitas Angkatan Bersenjata Indonesia di perbatasan juga meningkat. Tentera Laut DiRaja Malaysia mengerahkan pasukannya untuk mempertahankan Malaysia. Tentera Malaysia hanya sedikit saja yang diturunkan dan harus bergantung pada pos perbatasan dan pengawasan unit komando. Misi utama mereka adalah untuk mencegah masuknya pasukan Indonesia ke Malaysia. Sebagian besar pihak yang terlibat konflik senjata dengan Indonesia adalah Inggris dan Australia, terutama pasukan khusus mereka yaitu Special Air Service(SAS). Tercatat sekitar 2000 pasukan Indonesia tewas dan 200 pasukan Inggris/Australia (SAS) juga tewas setelah bertempur di belantara kalimantan (Majalah Angkasa Edisi 2006).
Pada 17 Agustus pasukan terjun payung mendarat di pantai barat daya Johor dan mencoba membentuk pasukan gerilya. Pada 2 September 1964 pasukan terjun payung didaratkan di Labis, Johor. Pada 29 Oktober, 52 tentara mendarat di Pontian di perbatasan Johor-Malaka dan membunuh pasukan Resimen Askar Melayu DiRaja dan Selandia Baru dan menumpas juga Pasukan Gerak Umum Kepolisian Kerajaan Malaysia di Batu 20, Muar, Johor.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif.
Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing.
Pada Januari 1965, Australia setuju untuk mengirimkan pasukan ke Kalimantan setelah menerima banyak permintaan dari Malaysia. Pasukan Australia menurunkan 3 Resimen Kerajaan Australia dan Resimen Australian Special Air Service. Ada sekitar empat belas ribu pasukan Inggris dan Persemakmuran di Australia pada saat itu. Secara resmi, pasukan Inggris dan Australia tidak dapat mengikuti penyerang melalu perbatasan Indonesia. Tetapi, unit seperti Special Air Service, baik Inggris maupun Australia, masuk secara rahasia (lihat Operasi Claret). Australia mengakui penerobosan ini pada 1996.
Pada pertengahan 1965, Indonesia mulai menggunakan pasukan resminya. Pada 28 Juni, mereka menyeberangi perbatasan masuk ke timur Pulau Sebatik dekat Tawau, Sabah dan berhadapan dengan Resimen Askar Melayu Di Raja dan Kepolisian North Borneo Armed Constabulary.
Pada 1 Juli 1965, militer Indonesia yang berkekuatan kurang lebih 5000 orang melabrak pangkalan Angkatan Laut Malaysia di Semporna. Serangan dan pengepungan terus dilakukan hingga 8 September namun gagal. Peristiwa ini dikenal dengan "Pengepungan 68 Hari" oleh warga Malaysia.
[sunting] Akhir konfrontasi
Menjelang akhir 1965, Jendral Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah berlangsungnya G30S/PKI. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda.Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, Kerajaan Malaysia dan pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11 Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.
[sunting] Catatan kaki
- ^ (Inggris) Witton, Patrick (2003). "INTRODUCTION". Indonesia. Lonely Planet. hlm. 944. ISBN 1740591542, 9781740591546.
- ^ (Inggris) Mezerik, Avrahm (1965). "Malaysia Says Bloody Revolution Not Only Way to Independence". Malaysia-Indonesia conflict: creation of Malaysia, Indonesia's confrontation policy, Philippine and Indonesian claims, UN involvement, Indonesian withdrawal from UN, roles of UK, US, USSR, and China. University of Michigan Press, International Review Service. hlm. 122.
- ^ Survei UI: Malaysia Ancaman Utama Keamanan Indonesia
- ^ United Nations — Treaty No. 8029 PHILIPPINES, FEDERATION OF MALAYA and INDONESIA (31 JULY 1963)
- ^ United Nations list of Non-Self-Governing Territories, North Borneo and Sarawak
- ^ Tunku tak mahu pijak Pancasila.
- ^ Tunku tak mahu pijak Pancasila.
- ^ Artikel Kompas bertajuk "Sukarno, Malaysia, dan PKI" tanggal Sabtu, 29 September 2007
[sunting] Referensi dan bacaan lebih lanjut
- Karya yang berkaitan dengan Resolusi Majelis Umum PBB 1514 mengenai Deklarasi tentang Pemberian Kemerdekaan kepada Masyarakat dan Negara terjajah di Wikisource
- (Inggris) Easter, D. Britain and the Confrontation with Indonesia, 1961-1965, (2004, London) I.B.Tauris, ISBN 1-85043-623-1
- (Inggris) Jones, M. Conflict and Confrontation in South East Asia, 1961-1965: Britain, the United States and the Creation of Malaysia. (2002, Cambridge) Cambridge University Press. ISBN 0-521-80111-7
- (Inggris) Mackie, J.A.C. Konfrontasia: the Indonesia-Malaysia Dispute 1963-1966'. (1974, Kuala Lumpur) Oxford University Press.
- (Inggris) Subritzky, J. Confronting Sukarno: British, American, Australian and New Zealand Diplomacy in the Malaysian-Indonesian Confrontation, 1961-1965, (2000, London) Palgrave. ISBN 0-312-22784-1
[sunting] Lihat pula
|
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Konfrontasi_Indonesia-Malaysia"
Peralatan pribadi
Ruang nama
Komunitas
Wikipedia
Cetak/ekspor
Kotak peralatan
- Halaman ini terakhir diubah pada 14:18, 30 Januari 2011.
- Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.
america pure metal
Lamb of God
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lamb of God | ||
---|---|---|
Randy Blythe dan Willie Adler di With Full Force 2007
|
||
Latar belakang | ||
Nama lain | Burn the Priest | |
Asal | Richmond, Virginia, Amerika Serikat | |
Genre | Groove metal Metalcore Heavy metal |
|
Tahun aktif | 1990–sekarang | |
Perusahaan rekaman | Prosthetic, Epic, Roadrunner | |
Situs web | lamb-of-god.com | |
Anggota | ||
Chris Adler Randy Blythe Mark Morton Willie Adler John Campbell |
||
Mantan anggota | ||
Abe Spear |
Sejauh ini mereka telah merilis enam album penuh, satu album live dan tiga DVD dengan penjualan yang rata-rata mencapai lebih dari dua juta keping untuk wilayah Amerika. Dan di tahun 2007 band ini dianugrahi penghargaan Grammy untuk kategori Best Metal Performance atas rilisan bertitel Sacrament yang beredar di tahun 2006. Lamb of God telah melakukan tur Ozzfest sebanyak dua kali dan mereka juga tampil di hajatan Download, Soundwave serta Gigantour.
Untuk pertama kalinya, band ini tampil di Indonesia yang diadakan oleh Solucites di tanggal 9 Maret 2009 dengan kesuksesan luar biasa.
Daftar isi[sembunyikan] |
[sunting] Diskografi
- Burn the Priest (1999)
- New American Gospel (2000)
- As the Palaces Burn (2003)
- Ashes of the Wake (2004)
- Sacrament (2006)
- Wrath (2009)
[sunting] Personil
- Randy Blythe – vokalis (1995 - sekarang)
- Mark Morton – gitaris (1990 - sekarang)
- Willie Adler – gitaris (1998 - sekarang)
- John Campbell – bassis (1990 - sekarang)
- Chris Adler – drummer (1990 - sekarang)
[sunting] Mantan personil
- Abe Spear – gitaris (1990–1998)
[sunting] Pranala luar
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Lamb_of_God"
Peralatan pribadi
Ruang nama
Komunitas
Wikipedia
Cetak/ekspor
Kotak peralatan
- Halaman ini terakhir diubah pada 12:40, 29 Desember 2010.
- Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentu
Langganan:
Postingan (Atom)